Rabu, 04 Desember 2013

ABSURDISSIMUM – VOILA un HOMME ! –

 Hidup sering kujadikan sederhana sebab aku tahu hidup tidak sesederhana yang aku kira. Aku mesti meraba dalam kerumitan, supaya terasa kesederhanaannya. Aku begitu mengagumi KETIDAKPASTIAN melalui permainan kesendirian. Belajarlah dari semesta, semesta tak pernah membentuk kerumunan. Lihatlah bulan, bintang, bumi dan matahari, mereka punya jarak sendiri, juga galaksi. Jarak yang menciptakan ruang. Ruang yang menciptakan kehidupan. Kehidupan yang menciptakan kemaknaan. Bulan tidak sama dengan bintang dan matahari juga jelas beda dari bumi. Kamu tahu, ruang menciptakan waktu. Waktu bukan garis lurus ato juga garis lengkung. Tapi waktu adalah garis lingkar berayun. Semesta diciptakan dari tiada, dan semesta akan berayun melingkar menuju titik awal. Titik dimana orang memulai pengertian. Ayunan terakhir membuat semesta menuju tiada kembali. Tapi aku akan berayun dari titik awal dimana pengertian dimulai. Aku ingin menemukan bumiku sendiri, bumi dimana bahasa tak perlu setia dengan tanda baca. Aku tak pernah bermaksud menjadi vis a vis atas kehidupan. 
 Aku hanya sosok-sosok yang serba kontra dalam menerjemahkan hidup yang dimaknai sebagian orang. Inilah kenikmatan yang terlanjur menjadi epistemic diri, kehadiran dalam wilayah noL. Sebut saja aku menyukai kegilaan dan menyimpan kekaguman yang begitu mendalam akan KEMATIAN . Jiwaku memang terusir tetapi jangan khawatir, aku hanyalah penyendiri, aku kaya dengan kesendirian dan bunga-bunga mimpi mengitari alam lembab yang ku bangun. Aku bebas memiliki diriku, tubuhku bukanlah jiwa masyarakat, bukan juga tubuh negara. tubuhku adalah sebuah daaerah yang tak berbatas. Sebuah hutan rimba yang penuh dengan binatang buas. tubuhku adalah rumah binatang, sekaligus rumah setan, manusia dan malaikat. Aku sendiri yang akan menentukan siapa ato apa saja yang boleh hidup dalam tubuh ini. Tetapi yang terutama yang boleh hidup dalam tubuhku adalah diriku sendiri dan kebebasanku sendiri. Termasuk kebebasan untuk bunuh diri. Kematian dan kehidupan hanya tertera dan terasa khidmatnya dalam rentang malam, orang bilang aku ini kosong, kadang tanpa pikiran dan tak jelas apa yang ingin disampaikan. Tetapi aku namai diri ini kosong dalam bahasa yang membunyi. MEMBACAKU seperti membaca BUNYI. Bagaimana membaca bunyi ? akupun tak tahu, sebab hanya bunyi yang berhasil membahasakan kekosongan dan sunyi. Sesungguhnya aku adalah manusia yang lahir dari kesendirian dan kesunyian. Sejak lama nyanyian sunyi aku mainkan sendiri, orang boleh marah, mencibir, menghujat dan mengumpat kekosonganku. Tetapi itu karena semua lahir dari pernyataan diri, caraku berkata jujur. 

 Kadang aku bicara tentang aku dan duniaku tapi juga sebenarnya aku bicara tentang mereka, kamu, kalian dan kita. Aku menyukai sepi daripada riuh… 

  “membuat dirimu dipahami adalah sulit, namun untuk ‘teman baik’ yang selalu merasa nyaman dan berpikir mereka harus begitu: akan cukup bijak jika kita memberi tempat yang luas dan taman bermain bagi kesalahpahaman, sehingga masih ada kesempatan untuk tertawa, ato bunuh saja mereka, teman-teman baik ini, lalu tertawa,juga !”(Nietzche, -beyond good and evil-1886)

Tidak ada komentar: